Jakarta – Kapal jenis perusak kawal rudal tanpa dilengkapi peluncur rudal dibeli Kementerian Pertahanan dari galangan kapal Damen Schelde Belanda. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, pembelian kontrak pertama dan dilanjutkan dengan kontrak kedua memang tidak dilengkapi peluncur rudal dan torpedo karena faktor keterbatasan anggaran.
“Pada tahun-tahun anggaran berikut akan diupayakan dilengkapi dengan peluru kendali dan torpedo. Tidak benar kalau dibilang kita tidak membeli kapal perang tanpa persenjataan. Pada tahun 2015, kapal perang ini akan selesai,” kata Purnomo seusai seminar kerjasama TNI AL dengan industri pertahanan guna mendukung kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista), Rabu (19/12) di Jakarta.
Namun, aktivis Koalisi Masyarakat Sipil untuk Transparansi Pembelian Senjata Poengky Indarti mengatakan, pembelian kapal yang masing-masing nilainya 220 juta dollar AS (sekitar Rp.2,1 triliun) itu banyak keganjilan.
“Kapal rudal kok tanpa rudal. Ini seperti membeli tank tempur tanpa dilengkapi meriam. Pemerintah harus transparan,” katanya.
“Kami mendapat informasi Mabes AL sebagai pengguna juga sebetulnya menolak pengadaan kapal tersebut. PT Pal di Surabaya juga keberatan karena proses kerja sama pembangunan kapal tersebut justru merugikan mereka karena tidak masuk dalam hitungan kalkulasi bisnis,” ujar Poengky. Komisi Masyarakat Sipil menginformasikan, untuk harga sama, penawaran dari galangan kapal Orisonte Italia sudah dilengkapi peluncur rudal dan torpedo antikapal selam.
Menurut Yusgiantoro, tidak ada penolakan dari Mabes AL. Kepala Staf TNI AL Laksamana Soeparno yang berdiri mendampingi Yusgiantoro lalu memanggil Kepala Badan Sarana Pertahanan Mayor Jendral Ediwan Prabowo. “Tidak ada juga kerugian PT PAL. Secara hitungan ekonomis, persentase pengerjaan PT PAL masih menguntungkan Indonesia,” kata Yusgiantoro.
Yusgiantoro mengakui, Italia memang menawarkan bahkan ditambah bonus hibah dua unit fregat kelas Mistral. “Namun, fregat tersebut dalam keadaan yang membutuhkan perbaikan sangat tinggi,” katanya.
Di Bandung, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono mengatakan, program modernisasi diupayakan bertahap, khususnya pemenuhan tahun 2010-2014 sebesar 40 persen atau sekitar Rp. 150 triliun. “Secara bertahap sudah dipenuhi, dan mudah-mudahan bisa tercapai,” kata Agus Suhartono seusai serah terima Komandan Sekolah Staf dan Komando TNI dari Marsekal Madya TNI Ida Bagus Putu Dunia, yang menjadi Kepala Staf TNI AU, kepada Marsekal Muda TNI Sunaryo.(KOMPAS/MIK/WDN)
Continue reading →
“Pada tahun-tahun anggaran berikut akan diupayakan dilengkapi dengan peluru kendali dan torpedo. Tidak benar kalau dibilang kita tidak membeli kapal perang tanpa persenjataan. Pada tahun 2015, kapal perang ini akan selesai,” kata Purnomo seusai seminar kerjasama TNI AL dengan industri pertahanan guna mendukung kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista), Rabu (19/12) di Jakarta.
Namun, aktivis Koalisi Masyarakat Sipil untuk Transparansi Pembelian Senjata Poengky Indarti mengatakan, pembelian kapal yang masing-masing nilainya 220 juta dollar AS (sekitar Rp.2,1 triliun) itu banyak keganjilan.
“Kapal rudal kok tanpa rudal. Ini seperti membeli tank tempur tanpa dilengkapi meriam. Pemerintah harus transparan,” katanya.
“Kami mendapat informasi Mabes AL sebagai pengguna juga sebetulnya menolak pengadaan kapal tersebut. PT Pal di Surabaya juga keberatan karena proses kerja sama pembangunan kapal tersebut justru merugikan mereka karena tidak masuk dalam hitungan kalkulasi bisnis,” ujar Poengky. Komisi Masyarakat Sipil menginformasikan, untuk harga sama, penawaran dari galangan kapal Orisonte Italia sudah dilengkapi peluncur rudal dan torpedo antikapal selam.
Menurut Yusgiantoro, tidak ada penolakan dari Mabes AL. Kepala Staf TNI AL Laksamana Soeparno yang berdiri mendampingi Yusgiantoro lalu memanggil Kepala Badan Sarana Pertahanan Mayor Jendral Ediwan Prabowo. “Tidak ada juga kerugian PT PAL. Secara hitungan ekonomis, persentase pengerjaan PT PAL masih menguntungkan Indonesia,” kata Yusgiantoro.
Yusgiantoro mengakui, Italia memang menawarkan bahkan ditambah bonus hibah dua unit fregat kelas Mistral. “Namun, fregat tersebut dalam keadaan yang membutuhkan perbaikan sangat tinggi,” katanya.
Di Bandung, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono mengatakan, program modernisasi diupayakan bertahap, khususnya pemenuhan tahun 2010-2014 sebesar 40 persen atau sekitar Rp. 150 triliun. “Secara bertahap sudah dipenuhi, dan mudah-mudahan bisa tercapai,” kata Agus Suhartono seusai serah terima Komandan Sekolah Staf dan Komando TNI dari Marsekal Madya TNI Ida Bagus Putu Dunia, yang menjadi Kepala Staf TNI AU, kepada Marsekal Muda TNI Sunaryo.(KOMPAS/MIK/WDN)