New Maju Indonesia Ku

Tuesday, April 9, 2013

EADS Menantang Boeing Dan Lockheed Martin Dalam Pengadaan Pesawat Tempur Korsel

Seoul - Perusahaan dirgantara European Aeronautic Defence and Space Company (EADS) akan menantang AS dalam pengadaan pesawat tempur tahap ketiga Korsel.

EADS dan Defense Acquisition Program Administration (DAPA) sepakat akan merakit 48 dari 60 pesawat tempur di Korsel jika Negara tersebut memilih pesawat tempur Eurofighter Tyhpoon.

Menurut juru bicara DAPA, Baek Yoon-Hyung mengatakan kesepakatan negosiasi teknis yang telah dilakukan pada 5 April telah berakhir dan negosiasi putaran kelima juga sudah berlangsung.

“EADS telah setuju untuk melakukan perakitan pesawat tempur Tyhpoon di Korsel,” kata Baek, ia juga menambahkan bahwa negosiasi berapa jumlah yang akan dirakit belum tentukan.

Selain itu pihak dari EADS juga membenarkan negosiasi tersebut, mereka juga mengatakan telah setuju untuk melakukan perakitan 48 pesawat di Korsel.

Kesepakatan tersebut merupakan tantangan bagi EADS, karena EADS akan menjadi pihak yang tidak diuntungkan dalam proses seleksi FX yang disebabkan oleh hubungan erat antara Korsel dan AS.

Menurut laporan terbaru dari Presiden, Departemen Pertahanan Korsel mengatakan akan membuat keputusan pada bulan Juni tahun ini. Korsel juga mensyaratkan 48 dari 60 pesawat akan dibuat di dalam negeri dan turut serta sampai 50% dari proyek FX.

Jika EADS menyetujui perakitan 48 pesawat tersebut dilakukan di Korsel, bukan hanya menciptakan lapangan kerja tapi juga memberikan pengetahuan teknis untuk industri kedirgantaran Korsel.

Menurut Lee Seon-Jae, wakil presiden humas EADS di Korea, mengatakan bahwa proyek tersebut akan membantu mengembangkan industri pertakitan dengan menyediakan pengembangan alur perakitan, pengalaman kerja, suku cadang, bahan analisis dan bagian perlengkapan.

“Hal ini juga terkait dengan proyek pengembangan pesawat tempur KFX”, tambah Lee.

Baek juga menegaskan Korea Aerospace Industries akan menangani perakitan pesawat tempur di Korsel. Selain EADS, Perusahaan asal AS yaitu Boeing juga mengusulkan model F-15 SE serta memberikan tawaran untuk membuat beberapa bagian komponen pesawat tersebut kepada Korsel. Tetapi hal tersebut ditunjukan berbeda oleh pihak Lockheed Martin yang mengusulkan model pesawat tempur siluman F-35A, dimana sampai saat ini negosiasi belum menawarkan transfer teknologi kepada Korsel.

Menurut Baek mengatakan bahwa pembicaraan mengenai transfer teknologi dan kondisi kontrak telah selesai dan saat ini telah berlangsung tahap putaran kelima.

Sementara itu, menurut Defense Security Cooperation Agency (DSCA) Departemen Pertahanan AS yang ikut mengawasi penjualan alutsista buatan AS kepada pihak asing, telah mengumumkan di dalam situsnya bahwa Korsel telah menyatakan niatnya untuk membeli 60 F-35 dan 60 F-15 S dalam sebuah foreign military sale (FMS) dan telah diberi tahukan kepada Kongres AS.

Baek juga akan mendalami hal tersebut, dan menjelaskan bahwa Kongres AS harus memberitahukan atau meminta persetujuan kepada perusahaan penjual alutsista ke luar negeri.

“Hal ini merupakan prosedur standar, jangan sampai keluar dari jalur,” katanya.

Proyek FXIII akan melibatkan pembelian 60 pesawat tempur senilai 8.3 triliun won (US$ 7.3 milyar). Proses pemilihan pemenang tender akan selesai pada bulan Juni.(The Hankyoreh/MIK/WDN)

Berita Terkait:

0 comments:

Post a Comment