Tank tempur setidaknya memiliki tiga klasifikasi, yaitu: tank ringan (light tank), tank sedang (medium tank) dan tank berat (main battle tank). Main Battle Tank ( MBT) ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan tank ringan atau tank sedang. Antara lain: memiliki meriam dengan kaliber yang lebih besar yaitu 120 mm bila dibandingkan dengan tank yang dimiliki TNI AD saat ini jenis AMX-13 yang memiliki meriam kaliber 75 mm.
Selain itu MBT memiliki ketebalan baja (armor) setebal 100-500 mm, sedangkan tank ringan yang dimiliki TNI AD hanya 40-60 mm. Dengan spesifikasi seperti itu, MBT memiliki keunggulan dalam hal daya gempur persenjataan serta perlindungan optimal bagi awak kavaleri.
Pembelian MBT ini ada dalam rencana pembelian alutsista TNI AD tahun anggaran 2012. Namun, rencana TNI AD ini ditentang cukup kuat oleh sebagian kalangan pengamat pertahanan dan parlemen, khususnya anggota Komisi I DPR RI karena dianggap tidak cocok dipakai di Indonesia.
Persoalan Geografis
Dari berbagai alasan penolakan MBT tersebut, hal yang paling sering muncul adalah persoalan geografis. TB Hasanuddin, anggota Komisi I DPR RI misalnya mengatakan, dengan berat 62 ton, MBT seperti Leopard tidak cocok beroperasi di Indonesia yang memiliki geografi berbukit-bukit, tanah yang gembur serta rawa-rawa. Hal ini diperkuat dengan kenyataan bahwa MBT lebih banyak dimiliki oleh negara-negara yang berada di belahan kontinental di mana memiliki dataran padat serta gurun seperti di Timur Tengah.
Hal ini tidak salah. MBT seperti Leopard bila dioperasikan di daerah penuh rawa tentu akan tenggelam. Namun, tentu saja TNI sudah memperhitungkan hal ini. MBT dirancang untuk berhadap-hadapan dalam peperangan dengan tank lawan. Bila tank lawan tidak bisa memasuki daerah yang tanahnya gembur atau berbukit, maka MBT Indonesia tentu tidak akan dioperasikan di sana.
TNI juga memiliki Denzipur yang memiliki kemampuan untuk memetakan geografi dan topografi daerah yang bisa dilalui MBT serta yang tidak. Jadi, kekhawatiran akan ketidakcocokan geografis bukan alasan yang tepat untuk menolak kehadiran MBT.
Industri Dalam Negeri
Selain persoalan geografis, penolakan terhadap MBT juga dikarenakan alasan bahwa TNI seharusnya memanfaatkan produk dalam negeri yang sudah dimulai PT Pindad. Penolakan didasarkan pada Perpres No 54 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah yang mengamanatkan pembelian alutsista dilakukan kepada pabrikan dalam negeri bila sudah dapat dibuat di dalam negeri.
Dalam hal ini, PT Pindad--menurut keterangan anggota Komisi I--sudah memiliki purwarupa tank menengah. Atas dasar itulah, Komisi I menyatakan TNI sebaiknya memesan tank menengah dari PT Pindad karena selain lebih cocok dengan kondisi geografis Indonesia dapat juga membantu industri senjata dalam negeri untuk meningkatkan kemampuannya.
Tentu saja kita menginginkan supaya industri alutsista dalam negeri, khususnya PT Pindad, tumbuh mandiri dengan memproduksi semua keperluan persenjataan TNI. Namun, bila ternyata industri dalam negeri belum memiliki kemampuan dan teknologi dalam memproduksi tank, khususnya MBT, mau tidak mau kita harus memesan dari pabrikan luar negeri.
Perimbangan Kekuatan
Bila kita lihat peta kekuatan militer di kawasan, hanya Indonesia dengan Filipina, Timor Leste serta Papua Nugini yang tidak memiliki MBT. Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam serta Australia sudah lama memiliki MBT. Hal ini sedikit banyak memengaruhi keseimbangan kekuatan di kawasan. Dalam perspektif kekuatan militer, MBT memiliki daya nilai penggentar (deterence) tersendiri karena berbagai keunggulan yang dimilikinya.
Perimbangan kekuatan militer inilah sesungguhnya yang menjadi alasan utama bagi TNI AD untuk membeli MBT. KSAD Jenderal Pramono Edhie Wibowo mengatakan, TNI menginginkan perimbangan kekuatan di kawasan hanya untuk menyamakan kekuatan, bukan untuk melebihi kekuatan militer negara tetangga yang bisa merusak keseimbangan kawasan.
Hal yang sama juga menjadi alasan TNI AU melakukan pembelian pesawat tempur jenis Sukhoi maupun F16. Pembelian persenjataan tidak harus semata-mata mempertimbangkan derajat ancaman keamanan atau nilai kegunaan kekinian, namun juga untuk kesiapsiagaan kekuatan militer dalam upaya menimbulkan efek gentar. Sebagaimana pernyataan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Samsoedin bahwa efek gentar yang ditimbulkan dari kekuatan persenjataan TNI akan membantu Indonesia dalam berdiplomasi dengan negara lain dalam bidang apa pun.
Ironis, TNI AD yang merupakan matra utama dalam pertempuran darat hanya memiliki tank yang sudah uzur, yaitu Scorpion dengan berat 8,9 ton dan AMX-13 yang sedang dilakukan retrofit oleh PT Pindad dengan berat 13-14 ton. Sedangkan Marinir dari TNI AL memiliki Tank BMP-3F dengan berat 18,7 ton. Terlihat bahwa dengan TNI AL saja TNI AD sudah tertinggal dalam hal kekuatan dan kemampuan tank yang dimiliki.
Dengan kondisi TNI saat ini dan adanya niat pemerintah untuk kembali membangun kekuatan militer sesuai Minimum Esencial Force (MEF), sepatutnya kita dukung karena dengan TNI yang kuat harga diri bangsa juga akan lebih baik di mata negara lain. Jangan terjadi lagi preseden di mana TNI meminta persenjataan A yang dibutuhkan, tapi yang diberikan persenjataan B di luar kriteria kebutuhan TNI.
Namun begitu, anjuran anggota DPR supaya TNI memanfaatkan produk pertahanan dalam negeri juga harus kita dukung bersama. Karena itu, jalan keluar yang terbaik dalam polemik pembelian MBT ini adalah alangkah arifnya bila TNI tetap membeli MBT sesuai kebutuhannya, namun tidak harus sebanyak yang diinginkan saat ini.
Bila dianggarkan TNI mampu membeli 100 unit MBT, maka cukup dibeli sekitar 60-80 unit MBT. Sisa anggarannya digunakan untuk memesan tank menengah yang dimiliki PT Pindad. Dengan begitu PT Pindad juga memiliki kesempatan untuk melakukan research & development demi kemandirian alutsista bangsa.(JURNAS/WDN)
Berita Terkait:
TNI
- Dilema Pengadaan Alutsista TNI : Baru, Bekas Atau Rekondisi?
- Indonesia Butuh Satu Dekade Lagi Untuk Pemenuhan Alutsista
- Komisi I : Kemhan Usulkan Tambahan Anggaran Untuk Pengadaan Apache Dan Hercules
- Komisi I : Pemotongan Anggaran Kemhan Bisa Ganggu Target MEF 2014
- Pengamat : Alutsista TNI Harus Bisa Bantu Sipil Saat Darurat
- Komisi I Akan Dorong Tambahan Anggaran Kesejahteraan TNI di APBN-P 2013
- Panglima TNI : TNI Akan Melakukan Latihan Terbesar Tahun 2014
- Presiden: Logistik dan Distribusi, Kunci Utama Alutsista TNI
- Presiden Janjikan Modernisasi Alutsista TNI Tuntas 2014
- Besok, 16 Ribu Prajurit TNI Latihan Tempur Di Situbondo
- Presiden : Alutsista Indonesia Harus Lebih Besar Dan Modern Dari Tetangga
- PT DI Siap Kirim 10 Helikopter & 7 Pesawat Pesanan TNI
- Panglima TNI : Komnas HAM Itu Biadab!
- Pengerahan Pasukan TNI Di Papua Tunggu Perintah Dari Presiden
- Kemenhan Percepat Realisasi Modernisasi Alutsista TNI Sampai 2019
- Komisi I Minta TNI Laksanakan Pengadaan Alutsista Secara Maksimal
- Panglima TNI : 2014, Kekuatan Minimum TNI Capai 38% dari Target
- Prajurit Kodam Siliwangi Jaga Perbatasan Indonesia - Papua Nugini
- 2012, TNI Belanja Alutsista Habiskan Rp 53,2 triliun
- Menhan : Alutsista TNI Membaik Tiga Tahun Kedepan
- TNI Rekrut 16 Calon Perwira Penerbang
- Kemhan Serahkan Pengajuan Anggaran Optimalisasi 2013 ke TNI
- Kemhan : Alutsista 2013 Akan Semakin Moderen
- Tim Inspeksi PBB Periksa Kesiapan Alutsista TNI Di Lebanon
- Menhan : Prajurit Harus Memiliki Semangat Juang, Walaupun Alutsista Terbatas
INDONESIA
- Proses Pengecatan Leopard 2A4 Dan Marder 1A3 TNI AD
- Kemhan : Indonesia-Rusia Belum Sepakat Hibah Kapal Selam
- Foto Kedatangan Leopard 2A4 Dan Marder 1A3
- 2014, Dua Helikopter Apache Tiba Di Indonesia
- Indonesia dan Polandia Jajaki Kerjasama Produksi Bersama Alutsista
- Dua Su-30MK2 TNI AU Tiba Di Makasar
- Komisi I Siap Awasi Pengadaan Helikopter Apache
- Indonesia Kirim Degelasi Ke Rusia Untuk Tinjau 10 Kapal Selam
- Kemhan Kirim Tim untuk Pelajari Spesifikasi Apache
- Menhan Tempatkan Satu Squadron Apache Di dekat Laut China Selatan
- Selain Apache AH-64E, Indonesia Juga Tertarik Dengan Chinook
- Komisi I Dukung Pengadaan Satelit Untuk Pertahanan Negara
- Darurat , Tol Jagorawi Dijadikan Landasan Pesawat Tempur
- Rusia - AS Saling Berlomba Dalam Pengadaan Alutsista Indonesia
- Rusia Tawarkan 10 Kapal Selam Bekas Kepada Indonesia
- 2014, Pemerintah Mengalokasikan Rp 83,4 Triliun Untuk Kementerian Pertahanan.
- Ketua KNKT : Lanud Polonia Harus Aman Untuk F-16
- Hari ini, 4 Kapal Perang Indonesia Show Force Balas Provokasi Malaysia
- KSAD : 8 Unit Helikopter Apache Mulai Tiba 2018
- Korsel Kembangkan Internal Waepon Bay Untuk Pesawat Tempur K/IFX
- Islamic Development Bank Fasilitasi Kredit Ekspor Untuk PT DI
- Perancis Tingkatkan Kerjasama Pertahanan Dengan Indonesia
- Indonesia Kurang Teliti Dalam Pengadaan Pesawat Super Tucano Dari Brasil
- Dilema Pengadaan Alutsista TNI : Baru, Bekas Atau Rekondisi?
- Indonesia Butuh Satu Dekade Lagi Untuk Pemenuhan Alutsista
TANK
- Proses Pengecatan Leopard 2A4 Dan Marder 1A3 TNI AD
- Foto Kedatangan Leopard 2A4 Dan Marder 1A3
- Juli, TNI AD Akan Diperkuat IFV Marder Dari Jerman
- 2013, 37 BMP-3F Akan Diterima Marinir TNI AL
- Doosan DST Kirim Tarantula 6x6 Kepada Indonesia
- Menhan: Leopard RI Pesanan Sudah Disesuaikan dengan Kondisi Tropis
- Pengamat : Pengadaan MBT Leopard Tingkatkan Posisi Tawar Indonesia
- Pengamat : Kehadiran MBT Leopard Jangan Timbulkan Kesalahpahaman Tetangga
- KSAD : 100 Tank Leopard Dari Jerman Akan Tiba Tahun Ini
- Indonesia Gandeng Turki Untuk Kembangkan Tank Ringan Dan Medium
- Menhan: Beli 114 tank Leopard, Indonesia dapat 50 tank
- Parlemen Jerman Setujui Penjualan 100 Tank Leopard Ke Indonesia
- PT Pindad Segera Luncurkan Light Tank Indonesia
- MBT Leopard TNI AD Akan Tiba Oktober 2013
- Menlu Belanda Sempat Larang Penjualan Tank Leopard Ke Indonesia
- Indonesia Tertarik Tank Leopard Dan Kerjasama Perkapalan Spanyol
- KASAD : Indonesia Beli Leopard, Agar Tidak Dilecehkan Negara Tetangga
- Kemhan Akhirnya Resmi Membeli Tank Leopard Ri
- Tank Scorpion, AMX-13 Dan MLRS Astros II Amankan Demarkasi RI-Malaysia
- Rusia Tawarkan kerjasama Pembuatan Tank Ringan Kepada Indonesia
- Korsel Tawarkan Kerjasama Medium Tank Kepada Indonesia
- Rheinmetall Ijinkan PT Pindad Untuk Upgrade Leopard Ri Dengan Konten Lokal
- Akhirnya Pemerintah Tandatangani Pengadaan Tank Leopard Dengan Rheinmetall
- Leopard Revolution Jadi Primadona Di IndoDefence 2012
- Pengamat : Punya Alutsista Baru, Doktrin Pertahanan Perlu Disesuaikan
0 comments:
Post a Comment