KRI Banjarmasin merupakan produksi dalam negeri pertama yang baru selesai dibuat pada 2009. Iskandar menambahkan, saat ini TNI tengah fokus terhadap proses transfer teknologi dari negara-negara produsen alutsista. “Transfer teknologi diharapkan berjalan,” ujarnya. Dia menambahkan konten lokal dalam setiap alutsista harus bisa lebih dari 60 persen. Dengan proses produksi bertahap itu, beberapa KRI yang berusia tua akan segera dihapuskan. Saat ini, makin banyak alutsista yang diproduksi oleh BUMN.
Dia mencontohkan, BUMN bidang perkapalan, PT PAL saat ini tengah mengerjakan pesanan pembuatan pembuatan KRI dari TNI. Iskandar mengatakan, beberapa waktu lalu telah ada pertemuan antara Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono dengan pimpinan PT PAL agar proses pembuatan kapal dapat lebih tepat waktu. Makin Banyak Pada proses pembuatan KRI di dalam negeri, Iskandar mengakui PT PAL masih menggunakan beberapa komponen dari luar negeri.
Meski begitu, dia mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada satu negara pun yang mampu membangun kapal perang dengan komponen yang seluruhnya diproduksi negara yang bersangkutan. “Namun KRI yang dibuat PT PAL semakin banyak menggunakan konten lokal,” kata dia. Iskandar menjabarkan, selain memperkuat kemandirian, penggunaan konten lokal dalam pembuatan KRI juga dapat membuat proses produksi berjalan lebih cepat.
Dia juga mengatakan, KRI tidak hanya digunakan untuk peperangan, tetapi juga untuk operasi militer selain perang dalam masa damai seperti sekarang ini. Dicontohkan, KRI Banjarmasin merupakan kapal produksi dalam negeri yang dapat digunakan untuk kepentingan bencana alam, ataupun yang lainnya. Pembuatan KRI Banjarmasin ini memakan anggaran APBN sebesar 360 miliar rupiah. (KORAN JAKARTA/WDN)
Berita Terkait:
0 comments:
Post a Comment