New Maju Indonesia Ku

Wednesday, March 9, 2011

Angota Komisi I : Buat Apa TNI AU Beli Pesawat Bekas Garuda

Jakarta - Pembelian dua pesawat milik PT Garuda Indonesia oleh TNI-AU, dipertanyakan anggota Komisi I DPR-RI Nurhayati Ali Assegaf. Ia mempertanyakan itu karena selama ini tidak pernah dibicarakan di DPR. ''Pembelian dua pesawat bekas Garuda oleh TNI-AU ini membuat saya tidak mengerti. Komisi I selama ini membicarakan alutsista, artinya pembelian barang untuk pertahanan seperti pesawat Hercules, Sukhoi yang manfaatnya jelas-jelas bisa dirasakan oleh bangsa,'' katanya, Rabu (9/3) kemarin.

Ia juga mempertanyakan penggunaan pesawat komersil itu untuk TNI-AU. ''Kalau pembelian pesawat bekas Garuda, saya tidak tahu, apakah ada piknik sekarang, tur untuk TNI-AU atau kepentingan komersial? Padahal TNI tidak boleh berbisnis lagi, kok sekarang beli pesawat seperti itu. Kalau disebut untuk perekat bangsa, apakah untuk tur,'' katanya.

Anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat ini mengemukakan, berapa pun uang negara yang dibelanjakan, harus digunakan untuk skala prioritas. Kalau pembelian pesawat tempur jenis Sukhoi, bisa dirasakan manfaatnya. Misalnya, mampu menangkap pesawat Pakistan yang ''nyasar'' dan ini merupakan kebanggaan.

''Tetapi ini kenapa beli pesawat Garuda. Hibah pun kita pertanyakan. Untuk pesawat ini juga ada biaya pemeliharaannya, parkir dan kegunaannya apa. Itu yang menjadi pertanyaan besar bagi saya,'' katanya.

Dua Pesawat

PT Garuda Indonesia (Persero) menyerahkan dua unit pesawat Boeing 737-400 kepada TNI-AU. Penyerahan dua unit pesawat Boeing itu dilakukan oleh Dirut PT Garuda (Persero) Emirsyah Satar kepada Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat di Skuadron Udara VIP 17 Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Rabu kemarin.

Kasau Marsekal Imam Sufaat mengatakan, sesuai perkembangan lingkungan strategis saat ini maka keberadaan pesawat bermesin turbo memiliki peran sangat strategis sebagai perekat bangsa. ''Ini sesuai dengan rencana strategis TNI Angkatan Udara hingga 2015,'' katanya.

Kasau mengemukakan, meski pesawat telah beralih fungsi sebagai pesawat angkut VIP militer, tidak ada modifikasi khusus terhadap dua pesawat yang dibeli dengan harga Rp 90 miliar itu. (Bali Post/WDN)

Berita Terkait:

0 comments:

Post a Comment