
Jakarta - Pengamat pertahanan Chappy Hakim mengatakan industri pertahanan wajib disubsidi pemerintah agar berkembang. "Juga kemauan politik. Itu baru bisa maju," kata Chappy, dalam peluncuran bukunya "Pertahanan Indonesia: Angkatan Perang Negara Kepulauan", di Jakarta, Selasa (19/4).
Menurutnya, subsidi bisa berupa penyertaan modal, prioritas pembelian hasil produksi oleh pemerintah, atau kerja sama produksi komponen bersama dengan negara lain. Dia mencontohkan, jika Indonesia dan Malaysia sama-sama menggunakan pesawat Foker, kedua negara bisa bekerja sama memproduksi komponen paling murah dan saling bertukar komponen itu. Dengan cara ini tak semua kebutuhan harus diproduksi sendiri.
Subsidi harus terus dilakukan sampai industri pertahanan di dalam negeri mencapai skala ekonomi tertentu yang bisa menghasilkan keuntungan. Caranya, pemerintah harus membeli produk-produk yang dihasilkan industri supaya dikenal. Jika produk itu makin dikenal dan banyak dipesan, skala ekonomi bisa dicapai lebih cepat dan subsidi bisa dicabut. Memang, harga produk lokal lebih mahal, tapi jika hal ini tak dilakukan, industri tak akan berkembang dan militer terus tergantung pada asing.
Menurut mantan Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono, keperluan perangkat militer canggih memang masih harus impor. Tapi, industri bisa memulai memproduksi suku cadang dan melakukan perawatan sendiri. "Tak bisa 100 persen lokal. Tak ada di dunia ini yang industri militernya 100 persen bergantung pada lokal," kata Juwono.
Juwono menambahkan, pemerintah saat ini lebih memilih impor karena harga perangkat militer impor lebih murah. Persoalan keuangan yang membelit industri dan BUMN lokal menyebabkan produksi mereka sangat mahal, sehingga kalah bersaing dengan produk luar. Hal ini pernah diatasi dengan minta dukungan perbankan. Perbankan diminta mengucurkan dana untuk industri pertahanan, dua yang setuju adalah Bank Mandiri dan Bank Nasional Indonesia.
Sayangnya upaya ini mandek. Bank Indonesia tak menyetujui permintaan industri agar bunga pinjaman dipatok 7 persen. "Mereka minta dibayar pada tingkat dolar dan bunga 12 persen," ujarnya. Pemerintah pun menyerah, memilih impor yang jauh lebih murah dan pencairan dananya lebih cepat. Bunga setinggi itu akan membuat pemerintah harus membayar besar kepada bank, mengingat investasi awal untuk industri pertahanan bisa mencapai ratusan triliun.(TEMPO/WDN)
Berita Terkait:
INDONESIA
- Proses Pengecatan Leopard 2A4 Dan Marder 1A3 TNI AD
- Kemhan : Indonesia-Rusia Belum Sepakat Hibah Kapal Selam
- Foto Kedatangan Leopard 2A4 Dan Marder 1A3
- 2014, Dua Helikopter Apache Tiba Di Indonesia
- Indonesia dan Polandia Jajaki Kerjasama Produksi Bersama Alutsista
- Dua Su-30MK2 TNI AU Tiba Di Makasar
- Komisi I Siap Awasi Pengadaan Helikopter Apache
- Indonesia Kirim Degelasi Ke Rusia Untuk Tinjau 10 Kapal Selam
- Kemhan Kirim Tim untuk Pelajari Spesifikasi Apache
- Menhan Tempatkan Satu Squadron Apache Di dekat Laut China Selatan
- Selain Apache AH-64E, Indonesia Juga Tertarik Dengan Chinook
- Komisi I Dukung Pengadaan Satelit Untuk Pertahanan Negara
- Darurat , Tol Jagorawi Dijadikan Landasan Pesawat Tempur
- Rusia - AS Saling Berlomba Dalam Pengadaan Alutsista Indonesia
- Rusia Tawarkan 10 Kapal Selam Bekas Kepada Indonesia
- 2014, Pemerintah Mengalokasikan Rp 83,4 Triliun Untuk Kementerian Pertahanan.
- Ketua KNKT : Lanud Polonia Harus Aman Untuk F-16
- Hari ini, 4 Kapal Perang Indonesia Show Force Balas Provokasi Malaysia
- KSAD : 8 Unit Helikopter Apache Mulai Tiba 2018
- Korsel Kembangkan Internal Waepon Bay Untuk Pesawat Tempur K/IFX
- Islamic Development Bank Fasilitasi Kredit Ekspor Untuk PT DI
- Perancis Tingkatkan Kerjasama Pertahanan Dengan Indonesia
- Indonesia Kurang Teliti Dalam Pengadaan Pesawat Super Tucano Dari Brasil
- Dilema Pengadaan Alutsista TNI : Baru, Bekas Atau Rekondisi?
- Indonesia Butuh Satu Dekade Lagi Untuk Pemenuhan Alutsista
Industri Pertahanan
- Indonesia dan Polandia Jajaki Kerjasama Produksi Bersama Alutsista
- Islamic Development Bank Fasilitasi Kredit Ekspor Untuk PT DI
- Perancis Tingkatkan Kerjasama Pertahanan Dengan Indonesia
- PT Pindad Kewalahan Produksi Senapan Sniper Untuk Dalam Negeri
- PT DI Siap Penuhi Pesanan Pesawat Untuk Malaysia, Filipina Dan Thailand
- Wamenhan : KKIP Berhasil Yakinkan Komisi I Tentang Program KFX/IFX
- Kemhan : Butuh 1.5 Triliun Untuk Membangun Galangan Kapal Selam
- Kemhan Optimis Lanjutkan Proyek Kapal Selam dengan Korsel
- PT Pindad Targetkan Penjualan Senilai 2 Triliun
- Meristek Yakin Indonesia Kurangi Ketergantungan Alutsista Dari Luar Negeri
- PT PAL : ToT Kapal Selam Korsel Rugikan Indonesia
- Temui Presiden, Menlu Korsel Janjikan Peningkatan Kerjasama Pertahanan
- BPPT Dan TNI AL Kembangan Kapal Selam 15 Dan 22 Meter
- Siapapun Presiden Nanti, Harus Komitmen Dengan Proyek KFX
- PT PAL Lakukan Launching Keel Laying Kapal KCR 60 M & Tug Boat
- 2014, PT PAL Akan Mulai Produksi Kapal Selam
- Alutsista Buatan PT Pindad Dipamerkan Di Lebanon
- Menhan : Industri Pertahanan Indonesia Incar Pasar ASEAN
- Wamenhan : Hasil Investigasi Terbakarnya KRI Klewang Ditunggu
- 2013, PT DI Rampungkan 18 Unit Pesawat Serta Helikopter
- November, LAPAN Akan Luncurkan Roket Pembawa Satelit Di Morotai
- Indonesia Gandeng Turki Untuk Kembangkan Tank Ringan Dan Medium
- Habibie Siap Bangun Industri Pesawat Di Batam
- PT DI Siap Kirim 10 Helikopter & 7 Pesawat Pesanan TNI
- PT Pindad Segera Luncurkan Light Tank Indonesia
0 comments:
Post a Comment