Penjualan ditopang oleh permintaan senjata standar TNI, termasuk senapan jenis V4 yang memenangkan lomba menembak prajurit tingkat ASEAN dan Australia, serta kendaraan terbaru Panser Anoa.
“Sampai akhir tahun ini kita terus bekerja mengejar target pesanan baik untuk TNI maupun pesanan negara lain,” kata Adik Sudarsono, Direktur Utama PT Pindad. Adik mengatakan untuk kawasan ASEAN dan Asia Timur, senjata organik dan amunisi asal Indonesia terkenal murah dengan kualitas standar NATO yang memadai, karena itu permintaan rutin sudah berjalan belasan tahun.
Sementara untuk Anoa, setelah dipakai pasukan penegak perdamaian Indonesia yang bergabung dengan Misi PBB untuk perdamaian di Libanon (Unifil), kini juga semakin diminati.
"Daripada beli ke Eropa yang mahal, ongkos transpornya juga tinggi, negara-negara itu pikir kenapa tidak ke Indonesia saja,” tambahnya.
Malaysia, Timor Leste, negara Timur Tengah dan Asia Timur (Adik menolak menyebut namanya) termasuk jajaran sejumlah pemesan Anoa, yang dalam kondisi standard dijual paling murah Rp7-8 miliar.
“Tergantung nanti mau diisi apa, tambah radar, senjata sniper atau lain-lainnya ya bisa sampai Rp12 (miliar)an,” jelas Adik.
Produk serupa dari Eropa menurut Adik bisa bernilai 2-3 kali lipatnya, sementara meski harga dibandrol lebih miring, kualitas Pindad menurutnya sudah lebih dipercaya. "Malah kita didatangi pembeli (dari) ASEAN, dia balik ke kita karena ambil kendaraan dari negara lain ternyata kualitasnya lebih jelek. Dia bilang oke kita minta kendaraan you, tapi turunin dong harganya,” kata Adik sambil tertawa.
‘Inefisiensi’
Upaya menggenjot produksi dan mendongkrak keuntungan tidak berjalan mudah dalam industri senjata perusahaan asal Bandung ini.
Alasan utama adalah bahan baku yang separuh hingga 90%nya masih tergantung dari impor.
Sebuah peluru kaliber 21mm yang berukuran seujung jari kelingking dan dijual hanya Rp2100, kata Adik Sudarsono, kandungannya hanya 10% dari dalam negeri.
“Bahan baku utama kita baja, ini belum bisa dipasok industri dalam negeri. Untuk peluru mata bornya juga impor, mesin kendaraan impor dari Eropa, dan seterusnya.” Celakanya, industri senjata adalah isu sensitif dalam perdagangan luar negeri. “Kalau ekspor-impor baja itu biasa, tetapi kalau yang beli Pindad itu bisa jadi masalah karena untuk dibuat senjata,” tegas Adik.
Impor bisa terganggu bahkan gagal kalau parlemen negara pengekspor merasa Indonesia tak layak mendapat bahan baku untuk produksi senjata dengan alasan senjata itu bisa dipakai untuk melanggar HAM.
Akibat kendala semacam ini, tenggat produksi Pindad bisa terganggu. Kendala lain menurut Adik datang dari konsumen, dalam hal ini pembeli terbesar, TNI.
“Padahal hubungan kita sudah 30 tahun, tetapi tetap saja collection period 81 hari. Ini kan terlalu lama dan kita kena beban bunga dan biaya penyimpanan,” keluhnya. Dengan birokrasi pembayaran TNI tersebut, Pindad baru dapat menerima pembayaran 81 hari setelah barang diterima. Meski mengaku memahami birokrasi yang tak terelakkan itu, menurut Adik aturan ini selayaknya diperbaiki.
“Apa tidak bisa diperpendek ya? Kan buat TNI juga lebih baik karena anggaran menjadi lebih cepat diserapnya, sementara buat kita juga lebih enak karena dana bisa diputar kembali dan beban bunga berkurang.”
Persoalan lain yang juga dianggap mengganggu kinerja Pindad, justru datang dari bengkel pabrik sendiri.
Adik Sudarsono mengakui, "Produktivitas karyawan kami masih seperenam sampai seperempat dari produktivitas pekerja di pabrik senjata serupa di Eropa." Manajemen menurutnya sudah berkali-kali mengkampanyekan perbaikan kinerja, namun hasilnya dirasakan belum maksimal.
"Tidak mudah ya karena ini corporate culture, kita selalu tekankan (pada karyawan) mau kerja apa mau ngerokok, kalau sambil tunggu mesin ya bisa sambil ngelap,” kata pemimpin Pindad sejak tahun 2007 ini.
Target PT Pindad untuk 2013
Produk terbaru yang pengerjaannya kini sedang dituntaskan Pindad adalah kendaraan tempur tipe Komodo, yang hingga bulan lalu enam unitnya telah dibuat untuk pasukan elit TNI, Kopassus dan pasukan polisi, Brimob.
Kendaraan spesialis tempur ini diklaim handal untuk lokasi terjal, miring atau bergunung-gunung, mengangkut hingga 10 penumpang dan bisa dilengkapi asesori mistral (anti serangan udara).
Produk lain yang pemuatannya ditargetkan dimulai akhir tahun depan adalah motor listrik, yang rencananya akan dilempar ke pasar lokal memenuhi keinginan pemerintah untuk menciptakan kendaraan nir-BBM. Dengan berbagai rencana ini, ditargetkan angka penjualan maupun laba usaha juga naik pesat.
“Ya muda-mudahan bisa menjadi diatas Rp2 triliun untuk sales-nya, sementara keuntungan bisa lah sampai Rp100 miliar,” kata Dirut Pindad Adik Sudarsono optimistis.
Dalam jangka panjang, Pindad juga masih dibebani target untuk mengejar ketinggalan terhadap penciptaan alat tempur yang lebih canggih.
"Kemampuan kita saya rasa kan baru 30% (memasok senjata) pada TNI, masih banyak yang kita belum mampu," tambahnya.
Yang sedang dalam target antara lain membuat purwarupa (prototype) tank kelas medium berat 20 ton yang diharapkan rampung pada 2014.
“Yang jelas 2013 dan selanjutnya kita akan sangat sibuk karena berlakunya UU Industri senjata nasional,” jelas Adik.
UU ini mewajibkan seluruh penyediaan senjata TNI dari produksi dalam negeri jika sudah dikuasai teknologi dan produksinya.(Tribunnews/WDN)
Berita Terkait:
INDONESIA
- Proses Pengecatan Leopard 2A4 Dan Marder 1A3 TNI AD
- Kemhan : Indonesia-Rusia Belum Sepakat Hibah Kapal Selam
- Foto Kedatangan Leopard 2A4 Dan Marder 1A3
- 2014, Dua Helikopter Apache Tiba Di Indonesia
- Indonesia dan Polandia Jajaki Kerjasama Produksi Bersama Alutsista
- Dua Su-30MK2 TNI AU Tiba Di Makasar
- Komisi I Siap Awasi Pengadaan Helikopter Apache
- Indonesia Kirim Degelasi Ke Rusia Untuk Tinjau 10 Kapal Selam
- Kemhan Kirim Tim untuk Pelajari Spesifikasi Apache
- Menhan Tempatkan Satu Squadron Apache Di dekat Laut China Selatan
- Selain Apache AH-64E, Indonesia Juga Tertarik Dengan Chinook
- Komisi I Dukung Pengadaan Satelit Untuk Pertahanan Negara
- Darurat , Tol Jagorawi Dijadikan Landasan Pesawat Tempur
- Rusia - AS Saling Berlomba Dalam Pengadaan Alutsista Indonesia
- Rusia Tawarkan 10 Kapal Selam Bekas Kepada Indonesia
- 2014, Pemerintah Mengalokasikan Rp 83,4 Triliun Untuk Kementerian Pertahanan.
- Ketua KNKT : Lanud Polonia Harus Aman Untuk F-16
- Hari ini, 4 Kapal Perang Indonesia Show Force Balas Provokasi Malaysia
- KSAD : 8 Unit Helikopter Apache Mulai Tiba 2018
- Korsel Kembangkan Internal Waepon Bay Untuk Pesawat Tempur K/IFX
- Islamic Development Bank Fasilitasi Kredit Ekspor Untuk PT DI
- Perancis Tingkatkan Kerjasama Pertahanan Dengan Indonesia
- Indonesia Kurang Teliti Dalam Pengadaan Pesawat Super Tucano Dari Brasil
- Dilema Pengadaan Alutsista TNI : Baru, Bekas Atau Rekondisi?
- Indonesia Butuh Satu Dekade Lagi Untuk Pemenuhan Alutsista
Industri Pertahanan
- Indonesia dan Polandia Jajaki Kerjasama Produksi Bersama Alutsista
- Islamic Development Bank Fasilitasi Kredit Ekspor Untuk PT DI
- Perancis Tingkatkan Kerjasama Pertahanan Dengan Indonesia
- PT Pindad Kewalahan Produksi Senapan Sniper Untuk Dalam Negeri
- PT DI Siap Penuhi Pesanan Pesawat Untuk Malaysia, Filipina Dan Thailand
- Wamenhan : KKIP Berhasil Yakinkan Komisi I Tentang Program KFX/IFX
- Kemhan : Butuh 1.5 Triliun Untuk Membangun Galangan Kapal Selam
- Kemhan Optimis Lanjutkan Proyek Kapal Selam dengan Korsel
- PT Pindad Targetkan Penjualan Senilai 2 Triliun
- Meristek Yakin Indonesia Kurangi Ketergantungan Alutsista Dari Luar Negeri
- PT PAL : ToT Kapal Selam Korsel Rugikan Indonesia
- Temui Presiden, Menlu Korsel Janjikan Peningkatan Kerjasama Pertahanan
- BPPT Dan TNI AL Kembangan Kapal Selam 15 Dan 22 Meter
- Siapapun Presiden Nanti, Harus Komitmen Dengan Proyek KFX
- PT PAL Lakukan Launching Keel Laying Kapal KCR 60 M & Tug Boat
- 2014, PT PAL Akan Mulai Produksi Kapal Selam
- Alutsista Buatan PT Pindad Dipamerkan Di Lebanon
- Menhan : Industri Pertahanan Indonesia Incar Pasar ASEAN
- Wamenhan : Hasil Investigasi Terbakarnya KRI Klewang Ditunggu
- 2013, PT DI Rampungkan 18 Unit Pesawat Serta Helikopter
- November, LAPAN Akan Luncurkan Roket Pembawa Satelit Di Morotai
- Indonesia Gandeng Turki Untuk Kembangkan Tank Ringan Dan Medium
- Habibie Siap Bangun Industri Pesawat Di Batam
- PT DI Siap Kirim 10 Helikopter & 7 Pesawat Pesanan TNI
- PT Pindad Segera Luncurkan Light Tank Indonesia
PINDAD
- PT Pindad Kewalahan Produksi Senapan Sniper Untuk Dalam Negeri
- Pindad Pasok 82 Anoa TNI AD Sebesar Rp. 800 Miliar
- PT Pindad Targetkan Penjualan Senilai 2 Triliun
- Alutsista Buatan PT Pindad Dipamerkan Di Lebanon
- PT Pindad Segera Luncurkan Light Tank Indonesia
- Irak Berminat Pesan 500 Panser Buatan PT Pindad
- Wamenhan : PT Pindad Terima Order Dari Kemhan Senilai Rp. 2 Triliun
- ST Kinetics Dan PT Pindad Kembangkan Terrex RSTA
- Presiden Beri Nama Rantis Buatan Pindad Dengan Komodo
- Senjata Murah Buatan China Jadi Saingan Berat PT Pindad
- Rheinmetall Ijinkan PT Pindad Untuk Upgrade Leopard Ri Dengan Konten Lokal
- PT Pindad : Untuk Tahap Pertama Sparepart Leopard Di Suplay Oleh Jerman
- PT Pindad : Kami Mampu Memproduksi Anoa 80 Unit Per Tahun
- PT Pindad Berencana Mengembangkan Medium Tank
- PT Pindad : Irak Masih Melakukan Penjajakan Dan Negosiasi Anoa
- Dirut Pindad: Kami Siap Rawat Tank Leopard
- KSAD : SS-2 Buatan Pindad Mampu Mengalahkan M-16
- Tambahan Modal Tidak Cair, PT Pindad Surati Menteri BUMN
- Sekilas Wawancara Dirut PT Pindad Kesuksesan Pindad Di Pasar Global
- Dirut Pindad : Timor Leste Pesan Panser dari Pindad
- PM Irak Kagumi Panser Anoa Pindad
- Irak Tertarik Senjata Ringan Buatan PT Pindad
- Dirut Pindad : Kami Yakin Pesanan Senjata TNI Kelar Tahun Ini
- English News : Pindad Will Begin Production Armored Fighting Vehicle in 2014
0 comments:
Post a Comment