
Kedua pelajaran itu adalah, pertama, pentingnya fungsi radar. Dengan radar, Inggris dapat memantau pesawat-pesawat Jerman yang ancang-ancang siap menyerbu. Selain itu, dengan radar, AU Inggris, Royal Force, dapat memantau di mana posisi pesawat AU Jerman. Dengan radar tersebut, Inggris sukses membendung serangan udara besar-besaran Jerman. Kedua, seluruh kekuatan peperangan, harus siap siaga selama 24 jam. Hancurnya pangkalan militer Amerika Serikat di Pearl Harbor terjadi akibat lengahnya sistem pertahanan militer. Amerika Serikat sebenarnya memiliki armada laut dan udara yang cukup banyak, namun lengah dan menganggap sepele ancaman serangan Jepang, akibatnya serangan dadakan itu membuat Amerika Serikat malu. Dari peristiwa itu membuat doktrin bagi sistem pertahanan Blok Barat dan Blok Timur, saat terjadi Perang Dingin, bahwa mereka harus selalu siaga satu atau maintain 24 hours in alert.
Pelajaran tersebut juga menjadi acuan bagi TNI AU, buktinya di masa damai, TNI AU berhasil mencegah dan memaksa beberapa penerbangan ilegal. Ketika Pakistan Internasional Airlines (PIA), jenis Boeing 737 seri 300, melintas wilayah udara Indonesia tanpa izin, dan gerak pesawat terdeteksi oleh radar Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional II di Bandara Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, serta merta dua Sukhoi yang ada di Skuadron Udara 5 Lanud Sultan Hasanuddin langsung terbang dan memberikan peringatan pesawat asing itu mendarat darurat. Disebutkan dua pesawat milik TNI AU itu mengejar pesawat dan berhasil memaksa pesawat PIA mendarat di Lanud Hasanuddin.
Langkah yang dilakukan oleh TNIAU dalam menjaga wilayah udara Indonesia itu patut diapresiasi. Di tengah minimnya anggaran TNI, TNI AU masih setia dan siaga mengawal wilayah udara. Penerbangan ilegal lain yang juga pernah digagalkan oleh TNI adalah ketika pesawat jenis BAE 146-200 yang membawa rombongan keluarga Kerajaan Melaka dari Dili menuju Kuala Lumpur, Malaysia, mendarat darurat untuk isi bahan bakar. Menjadi masalah karena pesawat tersebut hanya mengantongi izin melintas bukan izin mendarat. Karena pendaratan ilegal di Bandara Internasional Djuanda Surabaya itu maka TNI sempat menahannya, sama seperti PIA yang ditahan beberapa jam.
Menjadi pertanyaan, jika TNI AU sukses menahan pesawat-pesawat sipil yang terbang atau mendarat secara ilegal di wilayah udara Indonesia, lalu bagaimana ketika yang melakukan itu pesawat tempur, apalagi pesawat tempur itu dari negara yang mempunyai pengalaman perang yang hebat dan handal? Sepertinya kita, pemerintah Indonesia dan TNI tidak bisa berbuat banyak. Perdebatannya bukan pada pelanggaran penerbangan namun pada masalah hukum internasional mengenai alur bebas bagi pelayaran internasional.
Hal itu pernah terjadi ketika 5 pesawat F-18 Hornet milik Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) terbang dan bermanuver di perairan Bawean, Juli 2003. Tindakan yang disebut sebagai provokasi itu sebenarnya terdeteksi oleh radar sipil maupun TNI. Sebagai pengaman wilayah udara Indonesia, maka TNI AU pun mengirim 3 pesawat F-16 untuk memantau pesawat itu. Akibatnya bersiteganglah 3 pesawat F-16 dan F-18 itu. Bahkan dua Air Born dari kapal induk US Navy siap membantu 5 F-18 bila dogfight terjadi.
Karena merasa inferior, kalah jumlah, tidak mempunyai pengalaman dogfight, dan alutsista yang dimiliki Indonesia jauh tertinggal meski saat itu F-16 dilengkapi dengan misil, akhirnya kita tidak bisa berbuat banyak kepada pelanggaran penerbangan itu. Dan TNI AU pun tidak dapat memaksa pesawat-pesawar US Navy itu mendarat.
Dalam bukunya, Chappy Hakim mengupas panjang lebar mengenai pentingnya pertahanan Indonesia yang bertumpu pada matra laut dan udara. Namun karena kebijakan saat Orde Baru yang lebih bertumpu pada darat, serta banyak faktor lainnya maka pertahanan Indonesia jauh dari ideal dan wajar sehingga rentan terhadap penyusupan atau penerbangan ilegal.
Dalam sejarah pertempuran di Indonesia, selama ini mungkin belum menempatkan TNIAU pada posisi yang bagus. Kalau kita lihat AL dan AD sudah memberi catatan-catatan sejarah pertempuran membela NKRI. Dalam Pertempuran Laut Aru, misalnya terlihat betapa gagah beraninya TNIAL dalam bertempur melawan dua kapal destroyer dan pesawat Neptune dan Frely milik Belanda menyerang KRI Macan Tutul, KRI Macan Kumbang, dan KRI Harimau. Dalam pertempuran itu akhirnya KRI Macan Tutul yang di pimpin Komodor Yos Sudarso tenggelam.
Dalam pertempuran itu, ada beberapa pihak yang menyalahkan AURI (TNI AU) karena tidak terlibat dalam pertempuran. Akibatnya dari peristiwa itu maka membuat KSAU Suryadarma mengundurkan diri. Pertempuran itu sebenarnya momen bagi fighter pilots TNI AU menjadi war pilots. Akibat minimnya pertempuran udara yang diikuti oleh TNI AU, maka di jajaran TNI AU hanya Komodor Udara Ignatius Dewanto yang hanya pernah melakukan dogfight (War Pilots, Dari Perang Dunia I Hingga Perang Teluk, Angkasa Edisi Koleksi). Minimnya pengalaman pertempuran udara yang dimiliki membuat TNI AU tidak memiliki ace, sebutan pilot yang jago tempur, jago udara, jago tembak, dan jago terbang. Justru Vietnam yang memiliki banyak ace, seperti Mai Van Cuong dan Nguyen Van Bay. Selain Amerika Serikat yang memiliki banyak ace, Jerman, Rusia, Inggris, Jepang, dan negara-negara yang memiliki angkatan udara yang tangguh juga banyak memiliki ace.
Bila di masa Orde Lama kekuatan TNI AU bisa dikatakan handal dengan jumlah pesawat mencapai 443 pesawat (pada tahun 1966) maka selepas pasca pemberontakan G 30 S, kekuatan TNI AU semakin melemah, tercatat pada tahun 2010 hanya 256 pesawat yang dimiliki. Kondisi yang demikianlah yang mungkin menyebabkan TNI AU tidak bisa memaksa mendarat penerbangan ilegal pesawat tempur US Navy.(DETIK/WDN)
Berita Terkait:
Pesawat Tempur
- Dua Su-30MK2 TNI AU Tiba Di Makasar
- Darurat , Tol Jagorawi Dijadikan Landasan Pesawat Tempur
- Ketua KNKT : Lanud Polonia Harus Aman Untuk F-16
- Korsel Kembangkan Internal Waepon Bay Untuk Pesawat Tempur K/IFX
- Wamenhan : KKIP Berhasil Yakinkan Komisi I Tentang Program KFX/IFX
- Rusia Berharap Bisa Negosiasi Su-35 Kepada Indonesia
- Indonesia Siapkan Dana Rp. 15 Triliun Untuk Pengembangan IFX
- Siapapun Presiden Nanti, Harus Komitmen Dengan Proyek KFX
- EADS Tawarkan Dana Segar $ 2 Miliar Bila Menang Dalam Pengadaan Pesawat Tempur Korsel
- Komisi I Mau Pastikan Pesawat Tempur Sukhoi Baru Sudah Bersenjata
- Komisi I : Penundaan Sepihak Proyek KFX Ganggu Hubungan RI-Korsel
- Dua Pesawat Tempur Su-30MK2 Tiba Di Tanah Air
- Ini Alasan Korsel Tunda Proyek Pesawat Tempur KFX
- KSAU : TNI AU Tolak Hibah Pesawat Tempur F-5 Korsel
- Menhan : KFX Ditunda, Karena Indonesia Dan Korsel Ingin Buat Selevel F-35
- TNI AU Kembali Terima 8 Mesin Sukhoi Dari Rusia
- 2013, TNI AU Akan Lengkapi Satu Skuadron Sukhoi
- KAI Gelar Seminar "2013, KFX Harus Segera Diimplementasikan"
- Menhan Masih Mempertimbangkan Hibah F-5 Dari Korsel
- Korsel Paham Kekuatiran Indonesia Atas Penundaan KFX
- EADS Menantang Boeing Dan Lockheed Martin Dalam Pengadaan Pesawat Tempur Korsel
- Perkuat Selat Malaka, Satu Skuadron F-16 Disiapkan di Pekanbaru
- Dua Sukhoi Baru TNI AU Sukses Test Flight
- Komisi I : Kami Menyanyangkan Progam Pengembangan KFX Tidak Bejalan Mulus
- Ini Jawaban Kemhan Penyebab Tertunda Pengembangan Pesawat Tempur KF-X/IF-X
INDONESIA
- Proses Pengecatan Leopard 2A4 Dan Marder 1A3 TNI AD
- Kemhan : Indonesia-Rusia Belum Sepakat Hibah Kapal Selam
- Foto Kedatangan Leopard 2A4 Dan Marder 1A3
- 2014, Dua Helikopter Apache Tiba Di Indonesia
- Indonesia dan Polandia Jajaki Kerjasama Produksi Bersama Alutsista
- Dua Su-30MK2 TNI AU Tiba Di Makasar
- Komisi I Siap Awasi Pengadaan Helikopter Apache
- Indonesia Kirim Degelasi Ke Rusia Untuk Tinjau 10 Kapal Selam
- Kemhan Kirim Tim untuk Pelajari Spesifikasi Apache
- Menhan Tempatkan Satu Squadron Apache Di dekat Laut China Selatan
- Selain Apache AH-64E, Indonesia Juga Tertarik Dengan Chinook
- Komisi I Dukung Pengadaan Satelit Untuk Pertahanan Negara
- Darurat , Tol Jagorawi Dijadikan Landasan Pesawat Tempur
- Rusia - AS Saling Berlomba Dalam Pengadaan Alutsista Indonesia
- Rusia Tawarkan 10 Kapal Selam Bekas Kepada Indonesia
- 2014, Pemerintah Mengalokasikan Rp 83,4 Triliun Untuk Kementerian Pertahanan.
- Ketua KNKT : Lanud Polonia Harus Aman Untuk F-16
- Hari ini, 4 Kapal Perang Indonesia Show Force Balas Provokasi Malaysia
- KSAD : 8 Unit Helikopter Apache Mulai Tiba 2018
- Korsel Kembangkan Internal Waepon Bay Untuk Pesawat Tempur K/IFX
- Islamic Development Bank Fasilitasi Kredit Ekspor Untuk PT DI
- Perancis Tingkatkan Kerjasama Pertahanan Dengan Indonesia
- Indonesia Kurang Teliti Dalam Pengadaan Pesawat Super Tucano Dari Brasil
- Dilema Pengadaan Alutsista TNI : Baru, Bekas Atau Rekondisi?
- Indonesia Butuh Satu Dekade Lagi Untuk Pemenuhan Alutsista
TNI AU
- Dua Su-30MK2 TNI AU Tiba Di Makasar
- Indonesia Kurang Teliti Dalam Pengadaan Pesawat Super Tucano Dari Brasil
- TNI AU Akan Melakukan Pengadaan Peluru Kendali Jarak Menegah
- Lanud Supadio Dilengkapi Dengan Rudal QW 3
- Komisi I Mau Pastikan Pesawat Tempur Sukhoi Baru Sudah Bersenjata
- Dua Pesawat Tempur Su-30MK2 Tiba Di Tanah Air
- KSAU : TNI AU Tolak Hibah Pesawat Tempur F-5 Korsel
- TNI AU Kembali Terima 8 Mesin Sukhoi Dari Rusia
- 2013, TNI AU Akan Lengkapi Satu Skuadron Sukhoi
- Skuadron 15 Iswahjudi Terima Tim Dari Korea Aerospace Industries
- Pesawat Tanpa Awak Tiba Akhir 2013
- TNI AU Tolak Lanud Iswahyudi Untuk Kepentingan Sipil
- Status Lanud Pekanbaru & Pontianak Jadi Kelas A
- Perkuat Selat Malaka, Satu Skuadron F-16 Disiapkan di Pekanbaru
- Jupiter Aerobatic Team (JAT) Dan Team Dynamic Pegasus Akan Tampil Di HUT TNI AU
- Dua Sukhoi Baru TNI AU Sukses Test Flight
- Pesawat Antonov Kembali Kirim Empat Mesin Pesawat Sukhoi TNI AU
- Super Tucano Lakukan Ujicoba Pengeboman Di Lumajang
- Dua SU-30 MK2 Sudah Tiba Di Makassar
- Jupiter Aerobatic Team TNI AU Akan Tampil Di Malaysia
- Besok, Dua Pesawat Tempur Sukhoi Tiba Di Lanud Hassanudin
- KSAU Terima Kunjungan Dubes Korsel
- TNI AU Kirim Enam Pilot Untuk Pelatihan Pesawat T-50 Dan TA-50
- 2013, Anggaraan TNI AU Naik 8,3 Persen
- TNI AU Bentuk Satgas Untuk Menangani Kecelakaan Hawk 100
0 comments:
Post a Comment