Yogyakarta - Kisah Noordin M Top yang menebar teror bom di Indonesia rupanya menginspirasi Kartiko. Mahasiswa Fakultas Teknik jurusan Teknis Elektro dan Informatika Universitas Gadjah Mada ini sukses menciptakan robot penjinak bom.
Inspirasi membuat robot penjinak bom itu, dituangkan Kartiko, mahasiswa angkatan 2003 melalui tesis akhir dengan judul “Rancangan Sistem Elektronik Robot Penjinak Bom” guna memperoleh gelar sarjananya di UGM. Dia dinyatakan lulus pada bulan Januari dan diwisuda bulan Februari dua bulan lalu. “Untuk tesis akhir itu nilainya A,” kata Kartiko dalam percakapannya kepada Tempo, awal April lalu.
Kartiko, kelahiran Blitar 16 Maret 1985, meski besar di Balikpapan. Dengan IPK 3,18, kelulusannya tergolong lamban karena melebihi jadwal yang diberikan pihak universitas. “Ini karena masalah ekonomi sejak semester 5-8 kuliah saya tersendat,” ujarnya.
Di UGM, robot penjinak bom ini baru pertama kalinya dibuat. Robot penjinak bom karyanya tergolong lengkap. “Punya kamera, lengan, tank, dan roda,” katanya.
Robot ini dikontrol oleh remote control. Nah untuk remote control itu diakui Kartiko merupakan gagasan dosen pembimbingnya, Ir. Priyatmadi MT. Remote control inilah yang kemudian dikembangkan Kartiko untuk menyetir gerak robot ketika suatu tempat dideteksi ada bom.
Melalui remote kontrol itu, robot akan dikendalikan dari jarak jauh. Nah saat robot berjalan membawa kamera, maka pergerakannya bisa dipantau melalui kamera TV. Robot akan mendeteksi bom dan mengenali semua bom yang ada di dekatnya.
Priyatmadi mengakui robot penjinak bom ini baru pertama kalinya digagas mahasiswa dalam tesis akhir. Memang, kata Priyatmadi, robot penjinak bom ini akan hancur begitu terpantau ada bom di sekitarnya. “Robot memang dikorbankan ketimbang harus nyawa manusia yang dikorbankan,” ujarnya.
Menurut dia, sudah saatnya Indonesia mulai serius membangun industri robot. Dengan robot, industri kian maju dan produksi bisa meningkat di Indonesia.
Robot Penjinak Bom itu Hanya Butuh Rp 5 Juta
Apa yang membedakan robot penjinak bom buatan pemerintah dengan karya Kartiko, mahasiswa Fakultas Teknik jurusan Elektro dan Informatika Universitas Gadjah Mada? Keunggulan rakitan Kartiko adalah ongkosnya yang murah, hanya Rp 5 juta untuk satu robot prototype.
Menurut Kartiko, di UGM robot penjinak bom karyanya itu baru pertama kalinya dibuat. Karena murah, maka benda yang diangkat si robot hanya seberat 0,1 ons. Anggaran sebesar itu, hanya untuk bagian elektroniknya saja.
Jika dengan dana mekaniknya, maka Kartiko memperkirakan satu robot paling mahal dengan biaya Rp 25 juta. “Dengan dana Rp 25 juta, saya yakin bisa membuat robot yang sesungguhnya untuk membantu aparat kepolisian,” kata Kartiko.
Dana ini jauh lebih murah ketimbang riset yang menurut sepengetahuannya dilakukan oleh pemerintah dengan biaya hingga Rp 1 miliar.Dengan biaya semurah itu, robot penjinak bom karyanya tergolong lengkap. “Punya kamera, lengan, tank, dan roda,” katanya.
Robot ini dikontrol oleh remote control. Nah untuk remote control itu diakui Kartiko merupakan gagasan dosen pembimbingnya, Ir. Priyatmadi MT. Remote control inilah yang kemudian dikembangkan Kartiko untuk menyetir gerak robot ketika suatu tempat dideteksi ada bom.
Melalui remote kontrol itu, robot akan dikendalikan dari jarak jauh. Nah saat robot berjalan membawa kamera, maka pergerakannya bisa dipantau melalui kamera TV. Robot akan mendeteksi bom dan mengenali semua bom yang ada di dekatnya.
Robot itu, kata Priyatmadi, akan hancur begitu terpantau ada bom di sekitarnya. “Robot memang dikorbankan ketimbang harus nyawa manusia yang dikorbankan,” ujarnya.
Dia yakin dengan biaya murah ini, maka robot penjinak bom bisa membantu aparat kepolisian mendeteksi bom yang marak ada di Indonesia. “Yang saya tahu polisi punya robot ini dari Inggris harganya mungkin Rp 1 miliar, itupun sparepartnya di sini nggak ada,” katanya.
Priyatmadi berharap aparat kepolisian mau “melirik” robot ciptaan mahasiswa UGM ini dan bisa menjalin kerjasama untuk membuat robot penjinak bom. Apalagi, ujarnya, robot bikinan UGM ini sangat murah harganya. “Sayang kami tak punya link di kepolisian,” ujarnya berharap.
Memang, kata dia, harga pembuatan robot kian mahal jika berat benda yang akan diangkat mencapai 50 kilogram. “Makin berat benda yang diangka, makin mahal harga pembuatan robot, tapi dijamin tidak akan miliaran atau ratusan juta,” katanya.
Seperti diketahui, Kartiko, mahasiswa angkatan 2003 melalui tesis akhir dengan judul “Rancangan Sistem Elektronik Robot Penjinak Bom” menciptakan robot penjinak bom berbiaya murah. Kartiko, kelahiran Blitar 16 Maret 1985, ini lulus dengan IPK 3,18. Di UGM, robot penjinak bom ini baru pertamakalinya dibuat.(TEMPO/WDN)
Berita Terkait:
INDONESIA
- Proses Pengecatan Leopard 2A4 Dan Marder 1A3 TNI AD
- Kemhan : Indonesia-Rusia Belum Sepakat Hibah Kapal Selam
- Foto Kedatangan Leopard 2A4 Dan Marder 1A3
- 2014, Dua Helikopter Apache Tiba Di Indonesia
- Indonesia dan Polandia Jajaki Kerjasama Produksi Bersama Alutsista
- Dua Su-30MK2 TNI AU Tiba Di Makasar
- Komisi I Siap Awasi Pengadaan Helikopter Apache
- Indonesia Kirim Degelasi Ke Rusia Untuk Tinjau 10 Kapal Selam
- Kemhan Kirim Tim untuk Pelajari Spesifikasi Apache
- Menhan Tempatkan Satu Squadron Apache Di dekat Laut China Selatan
- Selain Apache AH-64E, Indonesia Juga Tertarik Dengan Chinook
- Komisi I Dukung Pengadaan Satelit Untuk Pertahanan Negara
- Darurat , Tol Jagorawi Dijadikan Landasan Pesawat Tempur
- Rusia - AS Saling Berlomba Dalam Pengadaan Alutsista Indonesia
- Rusia Tawarkan 10 Kapal Selam Bekas Kepada Indonesia
- 2014, Pemerintah Mengalokasikan Rp 83,4 Triliun Untuk Kementerian Pertahanan.
- Ketua KNKT : Lanud Polonia Harus Aman Untuk F-16
- Hari ini, 4 Kapal Perang Indonesia Show Force Balas Provokasi Malaysia
- KSAD : 8 Unit Helikopter Apache Mulai Tiba 2018
- Korsel Kembangkan Internal Waepon Bay Untuk Pesawat Tempur K/IFX
- Islamic Development Bank Fasilitasi Kredit Ekspor Untuk PT DI
- Perancis Tingkatkan Kerjasama Pertahanan Dengan Indonesia
- Indonesia Kurang Teliti Dalam Pengadaan Pesawat Super Tucano Dari Brasil
- Dilema Pengadaan Alutsista TNI : Baru, Bekas Atau Rekondisi?
- Indonesia Butuh Satu Dekade Lagi Untuk Pemenuhan Alutsista
Teknologi
- Korsel Kembangkan Internal Waepon Bay Untuk Pesawat Tempur K/IFX
- Nipress : 2025, Kami Supplai Baterai Untuk 18 Kapal Selam TNI AL
- Meristek Yakin Indonesia Kurangi Ketergantungan Alutsista Dari Luar Negeri
- ITS : Korsel Tak Tulus ToT Kapal Selam Kepada Indonesia
- EADS Tawarkan Dana Segar $ 2 Miliar Bila Menang Dalam Pengadaan Pesawat Tempur Korsel
- Proses Alih Teknologi Kapal Selam Korsel Masih Berjalan Alot
- Sharp Avionik K Gandeng Elbit System Dalam Pengembangan Proyek LAH Dan KFX
- TNI AL Memilih Simulator Nautis Class A Untuk Pelatihan Kapal Perang Sigma
- Indonesia Beli Teknologi Panser Dari Belarusia
- Industri Pertahanan Nasional Sudah Menguasai Teknologi Level Menegah
- Bila Diinginkan, Indonesia Dengan Mudah Membuat Senjata Nuklir
- PT DI Akan Produksi Simulator CN-235 Dan Super Puma
- Radar INDRA Akan Dipasang Di Tiga Kapal Selam Indonesia
- Korsel Rilis Bom Korean GPS Guided Bomb Untuk KFX Kepada Publik
- Debat Polemik Pengembangan Pesawat Tempur KFX
- TNI AL Inginkan Tingkatkan Alih Teknologi Dengan AS
- Pengamat : Israel Gagal Membuat Jet Tempur Kfir Yang Tangguh
- TNI AU Kembali Aktifkan ACMI Pekanbaru
- Departemen Pertahanan Bangun Pertahanan Cyber
- TNI Gandeng UI Untuk Mengembangkan Kapal Tanpa Awak
- Menhan : Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) Akan Diproduksi Massal
- Menristek : UAV Buatan BPPT Masih Terlalu Berisik
- KSAD : Pembelian Alutsista Luar Negeri Harus Ada Alih Teknologi
- Lapan : Nozzle Roket RX-550 Masih Bermasalah
- Spesifikasi UAV Sriti dan Alap-Alap Buatan BPPT
0 comments:
Post a Comment