"Pilot ada 11 orang, pesawat ada lima. 4 single seat dan 1 double seat. Khusus yang double seat itu pesawat latih atau tandem, karena kita tidak mungkin melepas pilot training sendiri. istilahnya seperti belajar nyetir. Pilot training di depan dan instrukturnya di seat belakang," jelas Yudhistira, pilot tempur berpangkat letnan satu.
Untuk melatih kesiapan para pilot tempur tersebut, mereka tidak diberitahu skenarionya tempurnya. "Kalau skenario kita enggak tahu, ini kan latihan untuk kita (pilot) skenario yang mengatur komando latihan," ujarnya. Latihan ini juga melibatkan unsur tempur dan komando sektor pertahanan nasional.
Dalam latihan tempur Hri Selasa (26/7) kemarin para pilot tempur mendapat tugas untuk mencegat pesawat asing yang melintas di wilayah udara Indonesia.
"Intinya kita diterbangkan kesana untuk melihat itu pesawat apa, disebut visual indetification untuk mengetahui jenis pesawat, nomer pesawatnya, bendera negaranya, membawa senjata atau enggak setelah itu kita laporkan lagi ke kesatuan radar kemudian panglima akan memberikan keputusan untuk penindakan," ungkap Yudhistira.
Penindakan yang dimaksud bisa berupa mengusir (force out), membayang-bayangi saja (shadowing). "Bisa juga kita paksa mendarat seperti kejadian force down pesawat pakistan di Makassar kemarin," ujarnya.
Tindakan terakhir terhadap penyusup jika dianggap membahayakan dan ada perintah dari panglima atau perintah dari presiden adalah penghancuran.
Meski latihan tempur tersebut dilakukan secara intensif namun kegiatan tersebut tidak mengganggu jadwal penerbangan pesawat komersial. "Tidak mengganggu hanya ATC (Air Trafict Control) harus lebih teliti terutama pada saat-saat jam padat penerbangan," kata Abdullah Husain Manajer Operasional Bandara Sepinggan Balikpapan.
Menurutnya latihan tempur tersebut dilaksanakan bersamaan dengan operasional bandara. Dengan memanfaatkan jeda waktu yang dimiliki oleh Angkasa Pura.(TRIBUN/WDN)
Berita Terkait:
0 comments:
Post a Comment