Jakarta, Kompas - Roket pengorbit satelit berdiameter 550 mm atau 0,55 meter telah berhasil dirancang bangun Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Uji Statik roket RX-550 ini akan dilaksanakan akhir Januari setelah menjalani uji struktur.
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Adi Sadewo Salatun di Jakarta, Senin (3/1), menjelaskan, pembuatan RX-550 ini melibatkan PT Krakatau Steel dalam tahap rekayasa. Keterlibatan industri strategis ini dalam pencetakan moncong roket atau nozzle.
Sementara itu, fabrikasi propelan dari material padat ini dilakukan bertahap, yaitu dengan mempertimbangkan ukurannya yang relatif besar, keterbatasan fasilitas yang dimiliki Lapan, dan keamanan proses.
Sutrisno, Kepala Bidang Propelan Lapan, mengatakan, pembuatan propelan yang terdiri dari delapan bagian ini dimulai September 2010. Setiap bagian atau segmen itu kemudian disatukan menjadi bentuk yang utuh.
Pemeriksaan struktur roket RX-550 yang dipamerkan dalam Indo Defence di Jakarta, November lalu, menurut Adi, dilakukan di Badan Tenaga Nuklir Nasional yang memiliki fasilitas non destructive test (NDT). Pengetesan ini untuk memeriksa hasil pengelasan pada sambungan setiap segmen dan kemungkinan adanya keretakan pada struktur.
Rencana uji statik RX-550 pada akhir Januari 2011 ini, menurut Deputi Teknologi Dirgantara Lapan Soewarto Hardhienata, mundur dari jadwal semula, pertengahan Desember lalu. ”Pengunduran ini menyesuaikan pergeseran pelaksanaan NDT menggunakan sinar X. Kalau uji sinar X hasilnya baik, baru dilakukan uji statik,” ujar Soewarto.
Di Kabupaten Garut
Uji statik akan dilaksanakan di Instalasi Uji Terbang Roket di pantai selatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Jika uji statik ini berhasil, tahap selanjutnya adalah mempersiapkan RX-550 untuk uji terbang. Sebelum itu, data uji statik akan dimasukkan dalam simulasi komputer untuk melihat sistem aerodinamika roket. ”Dalam simulasi, roket harus mampu masuk ke orbit pada ketinggian 200 kilometer,” ungkap Adi.
Sistem simulasi komputer ini akan dilaksanakan bekerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia yang memiliki fasilitas tersebut.
Apabila pengujian ini tidak menunjukkan hasil yang memadai, diameter roket harus ditingkatkan. Selain itu juga perlu dilakukan peremajaan sistem pencampur propelan atau mixer untuk dapat membuat bahan bakar roket yang dapat meluncur hingga ketinggian di atas 230 kilometer. Dalam mempersiapkan peluncuran roket ini, Lapan juga akan bekerja sama dengan PT Pindad.(Kompas/WDN)
Berita Terkait:
0 comments:
Post a Comment