
T-50 Golden Eagle.
Dari pangkalan militer di Seongnam, rombongan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa ternyata diangkut oleh pesawat kepresidenan Korea Selatan menuju Busan. "Presiden Lee Myung-bak meminjamkan pesawatnya untuk mengantar kami," kata seorang anggota rombongan Kamis tiga pekan lalu.
Pertengahan bulan lalu, Hatta memimpin 50 pejabat dan pengusaha Indonesia ke Korea Selatan. Selain menjajaki peluang investasi, Hatta diutus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membahas kerja sama pembelian alat tempur. Salah satunya pesawat latih supersonik T-50 Golden Eagle buatan Korea Aerospace Industries.
Sumber Tempo bercerita, delegasi Hatta dilayani secara khusus untuk melicinkan proses pembelian pesawat itu. Korea Selatan dan Cina memang selalu memanjakan pejabat yang datang, termasuk menyiapkan mobil, bahkan pesawat, untuk membawa mereka berkeliling negeri. "Tapi, kalau sampai meminjamkan pesawat kepresidenan, itu artinya mereka sudah jorjoran," katanya.
Korea Aerospace Industries memang sedang membutuhkan uang untuk mendanai produksi Golden Eagle. Perusahaan yang sejak krisis 1997 di-sokong pemerintah ini juga dikejar target menjual seribu unit si Elang Emas pada 2030.
Celakanya, Singapura dan Abu Dhabi, yang awalnya siap membeli, mendadak mencoret T-50 dari daftar belanjanya. Adapun penjualan pesawat latih pilot pesawat tempur F-16 dan F-15 itu ke Indonesia sudah keduluan Yakovlev 133 buatan Rusia. Pesawat Rusia itu tidak cuma bisa disetel untuk berlatih memiloti pesawat MiG-29 dan Sukhoi 30. Sistemnya juga bisa direkayasa untuk F-15 dan F-16.
Sumber yang dekat dengan pejabat Kementerian Pertahanan bercerita, Yakovlev sudah pernah dipresentasikan kepada para perwira Markas Besar TNI Angkatan Udara pada 2008. Setahun kemudian, giliran pejabat Kementerian Pertahanan yang dilobi. "Pembicaraan sudah masuk negosiasi harga, tapi mendadak Korea masuk," katanya.
Dua tahun lalu, Kementerian Pertahanan tahu-tahu menyebut pesawat latih supersonik buatan Korea. Juru bicara Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal I Wayan Midhio, dua pekan lalu malah mengatakan, "Sejak awal tak ada rencana membeli pesawat latih selain T-50 Golden Eagle."
Ketua Panitia Kerja Alat Utama Sistem Persenjataan DPR, Tubagus Hasanuddin, heran akan rencana itu. Hasanuddin membenarkan cerita bahwa Korea sebetulnya belum memproduksi pesawat latih itu dalam jumlah besar. Rangka pesawat memang banyak, tapi yang bermesin tak sampai sepuluh unit. "Tak ada yang mau membeli pesawat itu," katanya.
Menurut Hasanuddin, kerja sama Indonesia dengan Korea Selatan sering tak masuk akal. Misalnya rencana kerja sama membuat prototipe pesawat tempur Korean Fighter Experiment yang ditandatangani pada Juli tahun lalu. Pesawat berkode KFX itu akan dibuat bersama PT Dirgantara Indonesia.
Rencananya, pesawat itu akan mulai beroperasi pada 2020. Saat itu Indonesia tak perlu membayar lisensi kalau mau bikin sendiri. Namun, demi menyiapkan prototipenya, Indonesia harus menyetor uang Rp 1,6 triliun. "Buat apa kita mengeluarkan uang besar untuk riset senjata negara lain?" kata Hasanuddin.
Adalah makelar senjata Nyoman Sarimin yang berperan memuluskan masuknya pesawat latih Negeri Ginseng itu. Nyoman sebelumnya juga sukses mencegat rencana pembelian kapal selam Scorpen dari Prancis dan Kilo Class buatan Rusia. "Nyoman Sarimin itu yang menguasai senjata dari Korea Selatan," kata agen rivalnya.
Nyoman memang gesit, karena gaya bisnis Korea lebih memungkinkan ia punya sumber dana buat melobi. Ia bahkan tak perlu repot-repot mencari kredit ekspor untuk pembelian kendaraan tempur lantaran pemerintah Korea siap memberikan pinjaman lunak. Pemerintah Indonesia, kata sumber tadi, juga dibuai dengan janji-janji investasi.
Berbeda dengan produsen Amerika Serikat dan Eropa, yang kaku dan pelit soal uang, para makelar Korea Selatan lebih luwes dalam berbisnis. Pejabat yang datang pasti dimanjakan, mulai dari pelesir, makan, hingga uang saku. "Kalau mau perempuan pun mereka sanggup menyiapkan," katanya.
Memakai bendera Grup Jumbo Karya Agung, sepak terjang Nyoman-keturunan Cina Medan-dimulai sejak era Orde Baru. Ia memakai PT Osco Utama untuk menjajakan kapal selam Changbogo, sedangkan untuk pesawat ia memakai bendera PT Multi Eka Karma.
Dalam akta pendiriannya, Multi Eka adalah perusahaan perdagangan hasil patungan beberapa pengusaha dengan Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman, Koperasi Sekretariat Jenderal Kementerian Pertahanan, dan Koperasi Detasemen Markas Besar TNI. Nama Nyoman Sarimin sendiri tak tercantum.
Perusahaan ini berkantor di Wisma Eka Karma, Jakarta Selatan. Di ruang tamu gedung empat lantai yang bersebelahan dengan kantor stasiun televisi TransTV ini dipajang dua foto besar pesawat latih TNI Angkatan Udara KT-1 Bs Wong Bee buatan Korea Aerospace Industries.
Manajer Multi Eka Karma, Agung Pranoto, mengatakan bahwa Nyoman Sarimin memang staf ahli direksi perusahaannya. Multi Eka berspesialisasi dalam bisnis pesawat latih. "Kami memang yang jadi perantara penawaran T-50 Golden Eagle," katanya.
Namun I Wayan Midhio membantah adanya makelar dalam pengadaan pesawat latih Angkatan Udara. Menurut dia, perusahaan rekanan hanya dilibatkan dalam pembelian, sesuai dengan peraturan tentang pengadaan barang dan jasa. "Pembicaraan awal itu langsung antarpemerintah," katanya. "Kami menghindari perantara."
Pilihan membeli pesawat Korea Selatan pun lebih karena tawaran kredit pembelian dengan bunga rendah ditambah adanya alih teknologi. "Karena Korea mau alih teknologi, kerja sama dengan mereka klop dengan rencana kita membangun industri pertahanan dalam negeri," kata Wayan.
Meski begitu, negosiasi seperti jalan di tempat. Hingga Oktober tahun lalu, statusnya masih mandek di tim evaluasi pengadaan. "Itu masih jauh dari pembelian," kata Agus Pranoto.
Korea Aerospace Industries gerah dan memutus kontrak dengan Multi Eka. Pada 18 Maret 2010, Korea Aerospace menyurati Kementerian Pertahanan. "Kami ingin berpartisipasi dalam tender pengadaan pesawat latih tanpa melalui perantara agen di Indonesia," kata Agus, membacakan isi surat.
Sejak itu, Korea Selatan rajin mengutus pejabat pemerintah dan militernya ke Indonesia. Terakhir, pada Desember tahun lalu, Presiden Lee Myung-bak sendiri yang menemui Presiden Yudhoyono di sela acara Forum Demokrasi Bali.
Tak mulusnya penjualan disebut-sebut sumber Tempo sebagai pemicu pembobolan kamar Ahmad Rojih Almansur, anggota delegasi Hatta ke Korea Selatan. Petinggi badan intelijen nasional Korea Selatan (NIS), seperti dikutip harian Chosun Ilbo, membenarkan agennya menyusup ke kamar Kepala Subdirektorat Industri Elektronik Kementerian Perindustrian itu.
Penasaran atas rencana pembelian alat tempur itu bukan hanya di pihak Korea, tapi juga di kalangan Komisi I DPR. Menurut Tubagus Hasanuddin, pengajuan anggaran oleh Kementerian Pertahanan dan TNI tak pernah dilengkapi perincian mengenai alat tempur yang akan dibeli. "Kami tidak pernah tahu jenisnya dan akan dibeli dari mana," katanya.
Senjata Negeri Ginseng
KERJA sama militer Indonesia dengan Korea Selatan terus menghangat dalam delapan tahun terakhir, terutama setelah Presiden Yudhoyono dan mantan Presiden Korea Selatan Roh Moo-hyun meneken deklarasi kemitraan strategis dalam kerja sama militer pada 2006. Berikut ini berbagai peralatan militer Korea Selatan yang dihibahkan, dibeli, dan masih dijajaki:
Pesawat latih KT-1 Wong Bee
Produsen: Korea Aerospace Industries
Jumlah: 20 unit
Status:dibeli pada 2003
Kapal laut landing platform dock
Produsen: Daesun Shipbuildings & Engineering Co. Ltd
Status: kontrak pembelian pada 2004
Jumlah: 4 unit (dua dibuat di Korea dan dua lainnya akan dibuat di PT PAL Surabaya)
Kapal selam Changbogo Class
Produsen: Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering
Status: penjajakan barter dengan pesawat CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia (2008)
Jumlah: dua unit
Pesaing: Kilo Class (Rusia) dan Scorpen (Prancis)
Landing Vehicle Tank tipe 7A1
Produsen: Samsung Techwin
Jumlah: 10 unit dari rencana 35 unit
Status: Hibah dari pemerintah Korea Selatan pada November 2009
Korean Fighter Experimental
Status: nota kesepahaman rencana kerja sama produksi pada 11 Agustus 2010. Pembuatan prototipe dan baru mulai produksi pada 2020.
Kendaraan lapis baja K-21 IFV
Produsen: Daewoo International Corp
Jumlah: 22 unit
Status: Kontrak hibah pada 11 Januari 2010 senilai US$ 70 juta
Pesawat latih supersonik
T-50 Golden Eagle
Status:penjajakan (Februari 2011)
Produsen:Korea Aerospace Industries
Pesaing:Yakovlev 133 (Rusia)
(TEMPO/WDN)
Berita Terkait:
ALUTSISTA
- Rusia - AS Saling Berlomba Dalam Pengadaan Alutsista Indonesia
- Dilema Pengadaan Alutsista TNI : Baru, Bekas Atau Rekondisi?
- Indonesia Butuh Satu Dekade Lagi Untuk Pemenuhan Alutsista
- Meristek Yakin Indonesia Kurangi Ketergantungan Alutsista Dari Luar Negeri
- TNI AU Akan Melakukan Pengadaan Peluru Kendali Jarak Menegah
- Komisi I : Pemotongan Anggaran Kemhan Bisa Ganggu Target MEF 2014
- Alutsista Buatan PT Pindad Dipamerkan Di Lebanon
- Untuk Perisai Udara, Indonesia Akan Dilengkapi Oerlikon Skyshield
- Pengamat : Alutsista TNI Harus Bisa Bantu Sipil Saat Darurat
- Komisi I : Kerja Sama Alutsista dengan Inggris Harus Dibatalkan
- Panglima TNI : TNI Akan Melakukan Latihan Terbesar Tahun 2014
- Kasad Terima Presdir Avibras, Bahas Astros II
- Presiden: Logistik dan Distribusi, Kunci Utama Alutsista TNI
- Presiden Janjikan Modernisasi Alutsista TNI Tuntas 2014
- Presiden : Alutsista Indonesia Harus Lebih Besar Dan Modern Dari Tetangga
- Komisi I Berencana Kunker ke Ukraina Untuk Jajaki Kerja Sama Persenjataan
- Bank BRI Siapkan Rp 1 Triliun untuk Biayai Alutsista Indonesia
- PBB Desak Konsensus Perjanjian Perdagangan Senjata
- Presiden : Indonesia Tak Pernah Gunakan Alutsista untuk Bunuh Rakyatnya
- Industri Pertahanan Nasional Sudah Menguasai Teknologi Level Menegah
- Menhan : Presiden Jajaki Kerja Sama Alutsista Dengan Jerman Dan Hungaria
- Pengamat : Industri Pertahanan Butuh Kepastian Dari Pemerintah
- Ketua DPR : Beban Hutang Luar Negeri Picu 'Seretnya' Pengadaan Alutsista
- Kemenhan Percepat Realisasi Modernisasi Alutsista TNI Sampai 2019
- DPR Setujui Anggaran Alutsista 14 Triliun Untuk TNI AD
Korsel
- Korsel Kembangkan Internal Waepon Bay Untuk Pesawat Tempur K/IFX
- Kemhan : Butuh 1.5 Triliun Untuk Membangun Galangan Kapal Selam
- Kemhan Optimis Lanjutkan Proyek Kapal Selam dengan Korsel
- ITS : Korsel Tak Tulus ToT Kapal Selam Kepada Indonesia
- Jubir Kemhan Klarifikasi Alasan Korsel Batasi Indonesia Belajar Kapal Selam
- September 2013, Indonesia Kedatangan T-50 Golden Eagle
- Temui Presiden, Menlu Korsel Janjikan Peningkatan Kerjasama Pertahanan
- Indonesia Siapkan Dana Rp. 15 Triliun Untuk Pengembangan IFX
- 2014, PT PAL Akan Mulai Produksi Kapal Selam
- EADS Tawarkan Dana Segar $ 2 Miliar Bila Menang Dalam Pengadaan Pesawat Tempur Korsel
- Doosan DST Kirim Tarantula 6x6 Kepada Indonesia
- Komisi I : Penundaan Sepihak Proyek KFX Ganggu Hubungan RI-Korsel
- Ini Alasan Korsel Tunda Proyek Pesawat Tempur KFX
- KSAU : TNI AU Tolak Hibah Pesawat Tempur F-5 Korsel
- Menhan : KFX Ditunda, Karena Indonesia Dan Korsel Ingin Buat Selevel F-35
- Proses Alih Teknologi Kapal Selam Korsel Masih Berjalan Alot
- Sharp Avionik K Gandeng Elbit System Dalam Pengembangan Proyek LAH Dan KFX
- KAI Gelar Seminar "2013, KFX Harus Segera Diimplementasikan"
- Skuadron 15 Iswahjudi Terima Tim Dari Korea Aerospace Industries
- Menhan Masih Mempertimbangkan Hibah F-5 Dari Korsel
- Korsel Paham Kekuatiran Indonesia Atas Penundaan KFX
- EADS Menantang Boeing Dan Lockheed Martin Dalam Pengadaan Pesawat Tempur Korsel
- Pesawat Amphibi Aron Lebih Cocok Untuk Sipil Dan SAR
- TNI AL Setujui 50 Desain Awal Kapal Selam Buatan DSME
- Komisi I : Kami Menyanyangkan Progam Pengembangan KFX Tidak Bejalan Mulus
TNI
- Dilema Pengadaan Alutsista TNI : Baru, Bekas Atau Rekondisi?
- Indonesia Butuh Satu Dekade Lagi Untuk Pemenuhan Alutsista
- Komisi I : Kemhan Usulkan Tambahan Anggaran Untuk Pengadaan Apache Dan Hercules
- Komisi I : Pemotongan Anggaran Kemhan Bisa Ganggu Target MEF 2014
- Pengamat : Alutsista TNI Harus Bisa Bantu Sipil Saat Darurat
- Komisi I Akan Dorong Tambahan Anggaran Kesejahteraan TNI di APBN-P 2013
- Panglima TNI : TNI Akan Melakukan Latihan Terbesar Tahun 2014
- Presiden: Logistik dan Distribusi, Kunci Utama Alutsista TNI
- Presiden Janjikan Modernisasi Alutsista TNI Tuntas 2014
- Besok, 16 Ribu Prajurit TNI Latihan Tempur Di Situbondo
- Presiden : Alutsista Indonesia Harus Lebih Besar Dan Modern Dari Tetangga
- PT DI Siap Kirim 10 Helikopter & 7 Pesawat Pesanan TNI
- Panglima TNI : Komnas HAM Itu Biadab!
- Pengerahan Pasukan TNI Di Papua Tunggu Perintah Dari Presiden
- Kemenhan Percepat Realisasi Modernisasi Alutsista TNI Sampai 2019
- Komisi I Minta TNI Laksanakan Pengadaan Alutsista Secara Maksimal
- Panglima TNI : 2014, Kekuatan Minimum TNI Capai 38% dari Target
- Prajurit Kodam Siliwangi Jaga Perbatasan Indonesia - Papua Nugini
- 2012, TNI Belanja Alutsista Habiskan Rp 53,2 triliun
- Menhan : Alutsista TNI Membaik Tiga Tahun Kedepan
- TNI Rekrut 16 Calon Perwira Penerbang
- Kemhan Serahkan Pengajuan Anggaran Optimalisasi 2013 ke TNI
- Kemhan : Alutsista 2013 Akan Semakin Moderen
- Tim Inspeksi PBB Periksa Kesiapan Alutsista TNI Di Lebanon
- Menhan : Prajurit Harus Memiliki Semangat Juang, Walaupun Alutsista Terbatas
INDONESIA
- Proses Pengecatan Leopard 2A4 Dan Marder 1A3 TNI AD
- Kemhan : Indonesia-Rusia Belum Sepakat Hibah Kapal Selam
- Foto Kedatangan Leopard 2A4 Dan Marder 1A3
- 2014, Dua Helikopter Apache Tiba Di Indonesia
- Indonesia dan Polandia Jajaki Kerjasama Produksi Bersama Alutsista
- Dua Su-30MK2 TNI AU Tiba Di Makasar
- Komisi I Siap Awasi Pengadaan Helikopter Apache
- Indonesia Kirim Degelasi Ke Rusia Untuk Tinjau 10 Kapal Selam
- Kemhan Kirim Tim untuk Pelajari Spesifikasi Apache
- Menhan Tempatkan Satu Squadron Apache Di dekat Laut China Selatan
- Selain Apache AH-64E, Indonesia Juga Tertarik Dengan Chinook
- Komisi I Dukung Pengadaan Satelit Untuk Pertahanan Negara
- Darurat , Tol Jagorawi Dijadikan Landasan Pesawat Tempur
- Rusia - AS Saling Berlomba Dalam Pengadaan Alutsista Indonesia
- Rusia Tawarkan 10 Kapal Selam Bekas Kepada Indonesia
- 2014, Pemerintah Mengalokasikan Rp 83,4 Triliun Untuk Kementerian Pertahanan.
- Ketua KNKT : Lanud Polonia Harus Aman Untuk F-16
- Hari ini, 4 Kapal Perang Indonesia Show Force Balas Provokasi Malaysia
- KSAD : 8 Unit Helikopter Apache Mulai Tiba 2018
- Korsel Kembangkan Internal Waepon Bay Untuk Pesawat Tempur K/IFX
- Islamic Development Bank Fasilitasi Kredit Ekspor Untuk PT DI
- Perancis Tingkatkan Kerjasama Pertahanan Dengan Indonesia
- Indonesia Kurang Teliti Dalam Pengadaan Pesawat Super Tucano Dari Brasil
- Dilema Pengadaan Alutsista TNI : Baru, Bekas Atau Rekondisi?
- Indonesia Butuh Satu Dekade Lagi Untuk Pemenuhan Alutsista
1 comments:
Waduh serem juga ya...
Post a Comment